Tampilkan postingan dengan label PENGETAHUAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENGETAHUAN. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 Maret 2017

TANTANGAN MAHASISWA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

MEA adalah sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan untuk menghilangkan, jika tidak, meminimalisasi hambatan-hambatan di dalam melakukan kegiatan ekonomi lintas kawasan, misalnya dalam perdagangan barang, jasa, dan investasi.
Hal ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan.
Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.
Tujuan utama MEA 2016 yang ingin menghilangkan secara signifikan hambatan-hambatan kegiatan ekonomi lintas kawasan tersebut, diimplementasikan melalui 4 pilar utama, yaitu
  • ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single market and production base) dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas
  • ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi (competitive economic region), dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce;
  • ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata (equitable economic development) dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan
  • ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global (integration into the global economy) dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.
 
Dengan adanya perdagangan bebas, kita mampu meningkatkan ekspor akan tetapi kita juga harus waspada akan resiko kompetisi (competition risk) yang muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Indonesia sendiri.
Dari sisi investasi, Indonesia masih memiliki tingkat regulasi yang kurang mengikat sehingga dapat menimbulkan tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.
Indonesia harus melihat MEA sebagai peluang yang terbuka untuk memperbaiki kualitas SDM yang ada dengan meningkatkan daya saing, menyediakan pendidikan dan kesehatan yang memadai, dan memberikan edukasi terhadap pentingnya MEA 2016.
Pemerintah Indonesia harus mampu mendorong diadakan pelatihan keterampilan karena mayoritas tenaga kerja Indonesia kurang dalam kecerdasan sikap, kemampuan berbahasa Inggris dan pengoperasian komputer.
Meskipun peran dominan dalam meningkatkan kualitas menjadi milik pemerintah, bukan berarti seluruh tanggung jawab berada di tangan pemerintah. Justru sebaliknya, perlu kesadaran bahwa efek dari MEA akan dirasakan langsung oleh masyarakat dan tanggung jawab untuk berpartisipasi dan mempersiapkan diri.
Namun permasalahannya Negara Indonesia masih memiliki hambatan.Hambatan tersebut di antaranya, pertama mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global Competitiveness Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal dibandingkan negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. .Ketiga, sektor industri yang lemah karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi. Keempat,  pasokan energi masih terbatas. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor.Apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA justru akan menjadi ancaman bagi Indonesia.
Sifat konsumtif yang dimiliki bangsa indonesia juga merupakan salah satu tantangan dalam menghadapi ketahanan ekonomi Negara dalam menghadapi pasar bebas,dalam membuat produk tingkat produksi di Indonesia juga masih rendah,Indonesiapun masih kalah saing dengan produk negara Industri di ASEAN.Masyarakat Indonesia yang cenderung mencintai dan mengkonsumsi produk luar negeri menjadi salah satu hambatan dalam peningkatan ekonomi dan produksi bangsa sendiri.
Indonesia yang memiliki Sumber daya alam yang berlimpah,apakah mampu bersaing dengan sumber daya manusianya yang belum begitu unggul.Siap atau tidak,suka atau tidak suka hal ini memang harus benar-benar diperhatikan.Pemberlakuan MEA harus diimbangi dengan ketersediaan SDM bangsa Indonesia yang unggul,karena jika ketidaksiapan bangsa indonesia untuk menghadapi MEA tanpa adanya suatu perbaikan maka Indonesia hanya akan menjadi pasar konsumen bangsa lain.
Generasi muda merupakan salah satu tonggak keberhasilan tujuan negara, karena kaum mudalah pemegang keberlanjutan negara.Sebagai generasi muda khususnya mahasiswa juga harus berperan dalam terwujudnya MEA. Mahasiswa mempunyai peran yang sangat penting dalam masyarakat ekonomi asean karena Mahasiswa merupakan  agent of change (agen perubahan) tentunya tidak dapat diam berpangku tangan melihat kondisi negaranya yang memerlukan perubahan ,diharapkan Mahasiswa sebagai generasi penerus memiliki kualitas SDM yang unggul diantara pesaing dari negara lain .Mahasiswa yang diharapkan bangsa saat ini bukanlah mahasiswa yang hanya sekedar memiliki IPK yang tinggi,tetapi menjadi Mahasiswa yang memiliki kompetensi,memiliki skill yang cukup untuk menghadapi MEA sehingga dapat bersaing dengan negara lain,terutama dalam kemampuan leadership dan manajemen organisasi merupakan salah satu kemampuan softskill yang wajib dimiliki oleh pemuda dalam menghadapi MEA.Kemampuan berbahasa asing juga dibutuhkan, maka softskill sangat penting untuk dikuasai terutama yang menunjang mahasiswa untuk mendapatkan karir yang baik dinantinya.Bangsa Indonesia yang terkenal ramah merupakan salah satu nilai tambah yang dapat menjadi ciri khas yang tidak dimiliki bangsa lain.
Keseharian mahasiswa hidup dalam lingkungan sosial masyarakat. Mahasiswa berinteraksi dengan banyak pihak dan elemen masyarakat,mahasiswa merupakan penghubung dari kehidupan kampus yang ilmiah dengan kehidupan sosial masyarakat yang sebenarnya. Mahasiswa dapat memberikan pengetahuan atau informasi terhadap masyarakat dengan berbagai cara, seputar MEA.Mahasiswa juga dapat berperan aktif sebagai wirausaha muda yang memiliki daya  pikir inovatif,dan kreatif serta mengajak kaum muda lain untuk meningkatkan daya wirausaha. Disamping itu dengan berwirausaha akan menciptakan lapangan pekerjaan baru menjadi job creator bukan job seeker  sehingga akan mampu menciptakan produk-produk baru yang inovatif,dan dapat berguna bagi masyarakat serta  dapat mempertahankan perekonomian negara.Tidak hanya itu mahasiswa juga dapat melakukan penelitian dalam bidang exact maupun social untuk membantu pemerintah dalam pemecahan masalah.
 

Al-FATIHA

Engkau mencari jalan yang mana dan hendak menuju kemana...?  Engkau membuka pintu yang mana dan membuka lembaran yang mana....? ...