Senin, 10 Februari 2020

Sebab Bumi Akan Cemburu Padamu


.           Oleh : Rangga Dewantara 

Aku sering membuat hatimu teriris
Tapi kemarin ku bawa kau ke parangtritis untuk membuat kenangan manis
Bukankah itu baik untuk hubungan kita
Setidaknya menambah deretan kenangan yang pernah kita lalui
Heeii jangan marah.. 
Aku tak pernah suka dengan marahmu 
Tapi aku selalu suka pada cemburu mu
Jika langit memasang wajah seperti itu
Maka akan ku kutuk dia agar tak pernah mendatangkan mendung. 
Ombak selalu berdamai dengan pantai 
Tapi memusuhi karang yang keras
Maka ku berikan belaian terlembutku untukmu wanita yg ku cintai. 
Cintaku tak main-main
Ia akan terdengar dimana-mana
Gemuruhnya akan lebih keras dari teriakan gunung tambora
Tapi aku tak akan menghitamkan dunia
Sebab kau selalu menjadi cahaya pijarku. 

Kau tau cerita putri raja-raja di tanah kita yg cantik luar biasa yang di perebutkan pangeran dan ksatria-ksatria hebat.!
Mulai dari labibano, la hila, dae minga sampai la nggini yang berubah menjadi batu. 
Seperti itulah kecantikanmu
tapi aku tak akan membiarkanmu menderita seperti mereka
Sebab aku mencintai mu 
Sebab kau yang menyentuh kelopak hati
Memekarkanya sehingga menjadi indah
Kan ku berikan kau nektar termanis
Sehingga lebah-lebah akan cemburu padamu. 
Jika orang bertanya tentang cinta padaku maka aku akan menjawab angin, hujan, bulan atau api karena cinta adalah segalanya 
Tapi jika mereka bertanya siapa yang paling ku cintai maka jawabnya adalah kamu.
Setiap pagi ku bisikan pada embun agar menyampaikan pesanku pada bumi
Bahkan setiap sore aku berteriak pada senja agar berbisik pada langit
Dan berpesan pada siang dan malam untuk menyampaikan pesanku pada waktu
Tuk menjadikan kita abadi. 

#pelukisjejak 
#puisiaksara 
#rumahpenatua 

         MALANG 22 OKT 2019
                  Rangga Dewantara

Renungan Manusia

.            Oleh :Rangga Dewantara 

Selembut angin mengelus dunia
Semurni air di telaga hidup
Ketabahan bagi yang mengerti
Dan kesucian jiwa 
Harus tetap ada dalam nurani. 

Semua mimpi ada di langit 
Dan kesengsaraan ada di bumi
Telah lama tumbuh dalam imajinasi
Kita yang bersujud atau terlena
Harus memilih jalan hidup mana yg harus ditempuh. 

Kemarin kita datang 
Hari ini menikmati 
Esok kita akan kembali
Kapankah kita sadar bahwa hidup hanya titipan 
Yang nantinya akan dipertanggungjawabkan 
Padanya yg maha pengasih
Padanya yg maha kuasa
Padanya yg maha segalanya. 

Tolong tanyakan lagi
Pada seluruh alam
Tentang tingkah laku kita
Selama menjadi manusia. 

Mungkinkah kita menjadi berkah 
Atau menjadi petaka
Mari kita renungkan lagi
Mengapa bencana terjadi
Sudah manusiakah kita
Atau kita sudah tak lagi manusia. 

Yang nanti tersisa 
Hanya amal dan dosa
Untuk diberi jawaban
Dari setiap ucapan dan tindakan
Selama kita di dunia

Sesejuk alam
Sepanas mentari 
Berjalan beriringan 
Meniti kehidupan.

MANUSIA, TUHAN DAN SEMESTA

                      Oleh :Rangga Dewantara 

Aku adalah manusia yang tak sama denganmu. 
Aku dibesarkan oleh langit dimana tempat semua kebijaksanaan dilahirkan, tempat semua kebaikan kan menuju, tempat dimana para dewa dan malaikat dalam dongeng dan hikayat manusia pernah tinggal. 

Aku adalah manusia yang tak sama denganmu. 
Aku adalah anak semesta yang tak pernah ditulis dan diceritakan dalam kitab-kitab para pendahulu, tak pernah disebutkan dalam sabda alam semesta dan manusia. Tapi aku anak yang telah ditetapkan langit jauh sebelum kitab-kitab dan sabda-sabda itu hadir. 

Aku adalah manusia yang tak sama denganmu. 
Ayahku bernama Panglima, Ia tak pernah turun dimedan tempur, senjatanya tak pernah keluar dari sarungnya. Kekuatannya setara dengan sepuluh ribu kuda, pikirannya jauh menembus waktu gurunya bernama pengalaman. 

Aku adalah manusia yang tak sama denganmu 
Ibuku hanyalah satu tapi aku dilahirkan dari ribuan rahim. Ferdinand magellan pernah mengaku menjumpaiku dengan utuh, bahkan langit mengutus manusia untuk merawatku. diutus dibuang atau apapun itu, aku baginya hanyalah tempat taubat dan mengsucikan diri.
 
Aku adalah manusia yang tak sama denganmu
Salah satu dari jutaan makhluk tuhan yang pernah diciptakan. Salah satu temanku bernama kupu-kupu, hewan yang diimajisikan hidup di taman-taman surga. Ia lahir dari ketakutan manusia padanya, mengurung diri dalam kontemplasi panjang tuk menyenangkan hati manusia. Teman yang selalu menebar kehidupan disetiap pucuk-pucuk bunga yang tak pernah membunuh walau dalam pikirannya. 

Aku adalah manusia yang tak sama denganmu 
Aku belajar di neraka tempat yang juga masih menjadi milik tuhan, tempat tuhan yang selalu menjadi ketakutan bagi manusia. Tuhan sebagai pemilik semua kebaikan, pemilik tempat penampungan segala keburukan, yang artinya juga baik kepada segala yang buruk. 

Aku adalah manusia yang tak sama denganmu 
Meniti jalanan panjang bernama kehidupan
Dalam jagad dan semesta yang tak abadi 
Tempat yang kita percaya diciptakan oleh sang abadi
Mencari kebenaran yang dijatuhkan langit
Bukan pembenaran dalam pikiran sendiri. 

            

                        Malang, 4 Des 2019

HUJAN

       Oleh : Rangga Dewantara 

Derai Derai hujan 
Ada ribuan milyar butir yg jatuh membumi
Derai, mengurai, berubah menjadi buih
Jatuh, terpintal, mengikis, dan menari 

Gemuruh langit membawa riuh
Angin bertiup kencang menguncang dahan-dahan rapuh
Di puncak daun-daun muda menunduk 
Sementara diantara rimbun seekor burung tengah berteduh

Gerembolan semut sibuk menutup pintu rumah
Dan mengelak dari kaki-kaki yang tak lagi ramah
Burung diangkasa terbang terengah-engah
Berpacu waktu tak kenal lelah

Rintik-rintik menjauh dari terik
Deru deras berubah setiap detik
Mengalun, mengalir sampai ke hilir
Hadir, membanjir sampai titik terakhir.

Di sudut kamar yang kumuh
Ada hati yang rapuh menyeduh rindu
Dalam cangkir kenangan
Dengan rasa keheningan. 

PERJALANAN, ALAM DAN PULANG


Perjalanan hari ini begitu panjang, melelahkan begitu banyak luka hidup kusaksikan duka getir kurasan, jalan panjang hidup terjal dan mendaki takan terdiam dan berhenti, dijalan panjang hidup terus menunggu semoga cinta dan keindahan berada didepan ku. 
Telah jauh dan lama sudah ku berjalan menapak dan melangkah dan terhenti menuju ujung yang tak berbatas. 

Menjelajah waktu dan menapaki bumi yang begitu melelahkan, disini tempat terdamai yang semua orang ingin kunjungi, dimana sifat asli manusia ditampilkan, dimana rasa yang sesungguhnya dihadirkan. Melewati malam dengan rokok dan secangkir kopi, menunggu malam menjatuhkan gelap, berbicara tentang cinta dan kehidupan. 

Aku ingin kembali karena rasa  rindu mulai sakit dan berkecamuk, merebahkan badan  yang di terpa Kerasnya dunia. Sore diteras rumah menikmati secangkir kopi dengan bapak dan bermanja di pangkuan ibu. 
Pulang, adalah rindu yang tak bisa kau tahan, rindu adalah rasa yang menumpuk menjadi ai mata yang tak bisa kau teteskan. 
Ku sering merasakanya, ingin pulang dan merebahkan badan dikasur empuk diselumuti ibu, dipelukan hangat bapak.

CATATAN KECIL DARI SUDUT SEMESTA


Ku tulis catatan kecil diatas pahatan waktu yang mengubah semua nurani menjadi batu, ku baca lagi rentetan sejarah panjang peradaban manusia yang selalu tentang ambisi dan hasrat, dalam dongeng dan hikayat para pendahulu semua ceritanya hampir selalu sama. 

Aku terdiam di sudut semesta, mengamati dunia yang hampir runtuh, perang ada dimana-mana, Manusia dikerahkan menuju ladang kematian semua senjata digunakan mulai dari senjata modern sampai mantra-mantra Alasannya untuk mewujudkan kedamaian. 

Ku temui seorang lelaki paruh baya berbadan kurus yang bersemedi tepat di bawah pohon besar, bertanya aku padanya tentang sebuah kebenaran lalu ia menjawab kamu tak akan pernah benar-benar menemukan kebenaran di dunia, aku bertanya tentang kebebasan dan ia menjawab tak pernah ada hidup yang benar-benar bebas, lalu kembali lagi ku bertanya tentang kedamaian lalu di berkata "itu ada dalam pikiran dan hati mu" 

Kembali ku jejakkan kaki melangkah menuju batas yang tak berbatas, mata yang selalu tertipu cakrawala dan imajinasi yang sempurna tak sesuai kenyataan, jejak ku membasahi bumi entah keringat atau airmata yang jatuh yang ku tau aku sedang berjalan dalam kesendirian. 

Aku merebahkan badan di puncak waktu, terlelap dengan keyakinan hingga bermimpi tentang keabadian, sebelum fajar datang aku menyempatkan diri untuk mencari lewat rasi bintang di langit sebagai petunjuk arah perjalanan di esok hari.

KAU ADALAH CANDU

Dunia dan langit kadang menentang disaat kau masih menjadi candu dalam hidupku. Tatkala seluruh ragaku kaku saat sehari aku tak membaca tentangmu satu persatu. 
Di dekat mu aku tak mampu menerjemahkan pikiranku dalam rangkaian kata-kata sederhana yang bisa kau mengerti seperti kebanyakan manusia lainnya. 
Aku abaikan semua sorot mata yang memandangku dengan sinis, ku lihat mereka sangat membenci teori-teori tentang cinta atau mereka memang suka untuk membenci.

Aku Memang Seorang Pencinta

Ku cium harum aroma tubuhmu
Di kala kau bisikan rayuan cinta padaku
Harummu seakan menjadi candu 
Walau aku tau ragamu tak berarti tanpa sukma

Kau raba seluruh raga yang terselimut dosa ini 
Keinginanmu seakan sudah sampai pada puncaknya
Jika mengikuti keinginanmu adalah dosa dan  mengabaikanmu juga menjadi dosa 
Aku lebih memilih membahagiakanmu daripada membuatmu tersiksa. 

Kau nikmati setiap sentuhan lembutku dalam pelukan mesra kita di bawah naungan malam
Harum mu menjalar ke seluruh aliran syarafku
Mendidihkan semua darah yang sedari tadi membeku

Jika Harummu menjadi candu bagiku
agama menjadi candu bagi manusia
Maka lewat keduanya aku bisa beribadah 
Dan lewat dirimu aku menjalankan taatku. 

Kau usap kening ku yang basah
Tatkala aku tersungkur dalam sujudku
Ku ucapkan syair-syair cintaku
Agar tuhan tau bahwa aku memang pencinta 

Aku angkat kepalaku ketika kau tepat didepanku 
Aku pasrahkan diri mengangkat kedua tanganku
Aku bahkan tak kuasa akan diriku
Hatiku menangis 
Batinku menjerit
Ketika aku sadar bahwa raga yang sombong ini akan kembali menjadi kosong

#puisiaksara 
#rumahpenatua 
#pelukisjejak 

DERITA UNTUK RAKYAT ( MBOJO)


                 Oleh Rangga Dewantara 

Kita butuh obat
Untuk mengobati akal dan kegilaan ini
Tidakah kita berkaca pada kejadian lambu berdarah yang menewaskan 3 orang dan puluhan lainnya luka-luka
Juga ditahanya tiga aktivis tambang di wera 
Di tanah sendiri di larang bersuara
Di tanah sendiri mereka menderita 
Mereka hanya meronta di dalam cengkraman kebijakan setan-setan birokrasi yang tak berhati. 
Tidakah kita berkaca pada banjir bandang 2004 dan 2016 yang menyeret rumah-rumah, mobil, hewan sampai manusia. 

Jika kau berdalih atas nama kesejahteraan
Jika kau berdalih atas nama kemakmuran
Seluruh hasil tanah ini kau ambil
Dan seluruh hutan kau gunduli
Maka kami menolak 
Karena kesengsaraan sudah terpampang di depan mata
Karena penderitaan sudah dapat kami rasa

Keparat...!
Hentikan semua konspirasi ini
Rakyat selalu kau kalabui
Kami terjajah ditanah sendiri
Sementara kau dengan lantangnya mengucapkan narasi-narasi yang seolah menjadi solusi

Kami muak
Kami muak dengan semua ini
Petinggi-petinggi yang sibuk bersolek kesana kemari 
Merubah diri untuk menarik hati dan simpati
Berharap banyak dukungan ketika kontestasi 
Sementara mereka yang pandai sibuk menjilat dan merias diri untuk mendapat promosi. 

Jangan heran jika rakyat memberontak
Meneriakan gila secara terang-terangan
Karena penguasa-penguasa yang gila membunuh rakyat dengan aturan dan kebijakannya yang benar-benar gila 
Dan kami tak mau menderita atas kegilaan ini. 

Jika roh nenek moyang masih setia mengucap mantra dan doa
Itu pasti berisi kutukan-kutukan
Tapi jika atas nama cinta tanah leluhur ini maka butuh perenungan untuk sama-sama menyatukan pikiran kita
Agar kita tak selamanya S.E.N.G.S.A.R.A

AKU ADALAH KITA

Di balik murung wajah semesta 
Ada langit yang memendam amarah
Menahan tangis yang tak jua jatuh
Bumi yang menanggung rindu dan Angin  menangis menanggung harapan yang berterbangan di padang duka. 

Hari itu kita telah sepakat
Meleburkan diri dalam darah
Sebagai jiwa sebagai raga
Aku adalah kita yang dulu bersumpah di atas titah dan berjanji berjalan diatas jalan cinta

Tangisan dari Yunani dan romawi hanya menyisahkan puing-puing kejayaan 
Pikiran-pikiran yang ditinggalkan kini sebagai kemegahan peradaban. 
Darah bercucuran mengalir di setiap sudut bumi. 
Sementara bau busuk manusia tercium diseluruh semesta. 

#pelukisjejak

KISAH CINTA PARA DEWA

Kuhabiskan waktu di Muara lamuna
Dengan kesucian gangga yang telah lama ternoda
Saat pertikaian Antara pandawa dan kurawa aku lebih memilih memperhatikan sangkuni yang pandai bermuslihat. 

Sinta, jika saja saat itu kau turuti perkataan rama mungkin hanoman tak akan merasa bersalah saat tak mampu menjaga mu.
Kau tertipu oleh godaan rahwana yang ingin memiliki mu seutuhnya, tapi rahwana juga adalah pria bijaksana yang tak ingin memaksakan cintanya padamu.

CATATAN KECIL DARI SURGA


Nona, aku selipkan catatanku dalam selembar kertas didalam hadiah-hadiah istimewa itu. 
Saat ibu abadi membangunkanku dalam mimpi indah langit. 
Ketika cinta memalingkan wajahnya dihadapan ketidakpastian. 
Saat simbol-simbol bertebaran ke segala penjuru, aku mencoba merangkainya kembali agar kau bisa menerjemahkannya. 

Nona, sejak hari itu
Sebelum atau sesudahnya
Kita adalah takdir yang ditulis dalam kitab-kitab surga
Ramalan-ramalan manusia tak akan bisa merubah garis kehidupan. 
Dan benar saja, kita telah dipertemukan dalam waktu yang tak pernah terpikirkan. 

Nona, saat ini aku berteduh dibawah kelopak mata langit dan berada di pangkuan bumi
Dipeluk kutukan dan keberuntungan 
Keduanya adalah kenikmatan yang harus ku syukuri 
Seperti halnya cinta dan kebencian, siang dan malam, baik dan buruk semuanya harus berjalan bersama untuk mengerti maksud kehidupan. 

Nona, jika kau baca dengan teliti goresan tinta hitam pena tua itu yang ada hanya hamparan harapan. 
Aku tak bisa membaca keinginan langit maka aku takut untuk menuliskan keinginan hati sebab keinginan hati hanya akan menyakiti diri, seratus kali keinginan itu datang seribu kali aku menghapusnya. 

Nona, disenja yang berikutnya 
Aku ingin kau menemaniku disini
Menikmati secangkir susu yang disuguhkan nenek moyang kita. 
Mengantar cahaya menghilang di balik cakrawala 
Berbicara tentang aku dan kamu
Tentang kita yang abadi. 
#puisiaksara 
#rumahpenatua 
#pelukisjejak

RINDU DAN RANU KUMBOLO

.                  Rangga Dewantara 

Dinda
Tetaplah setia menungguku pada pengembaraan ini.
Lembah-lembah telah menjadi teman akrab bagiku
Pohon-pohon pinus dan hutan lumut menjadi sahabat perjalanan, sejenak menggantikanmu sebagai teman berceritaku. 
Malam ini begitu dingin
Angin seakan ingin menunjukkan keberadaannya padaku
Ranu Kumbolo tak berkabut seperti biasanya
Rembulan bersinar setengah sempurna mengintipku dengan malu dari celah-celah awan. 
Dinda
Seorang yang kau sebut sebagai kekasihmu ini
Kini menyempatkan diri untuk menulis catatan ini didepan tandanya yang berembun 
Berharap langit menyampaikan padamu bahwa lelaki yang selalu merinduimu setiap saat sedang baik-baik saja disini. 
Bintang-Bintang menatapku dengan cemburu, melihatku yang tak jenuhnya memandang gambarmu di walpaper handphoneku
Sementara kopi yang menemaniku malam ini mulai habis dan begitu dingin. 
Dinda
Bunga Verbana di oro-oro ombo saat ini sedang mekar, aku akan memotretnya untuk mu, sebagai kenangan untuk ku bawa pulang nanti, agar kita bisa sama-sama ingat bahwa di antara hamparan bunga-bunga ini aku pernah merinduimu sebagai kekasihku. 
Ketika nanti aku melewati tanjakan cinta
Aku sebenarnya ingin membayangkan dirimu dalam pikiranku agar cinta kita abadi seperti mitos-mitos yang dipercayai. 
Juga doakan aku saat melewati kalimati, agar doamu bisa menjadi penawar gas-gas beracun itu. 
Setelah semuanya ku lewati, aku ingin Meneriakan namamu di puncak mahameru. 
Dinda
Sekian dulu ceritaku untuk malam ini
Aku ingin merebahkan badanku dari lelah hari ini. 
Setialah menunggu, karena aku masih memiliki banyak perjalanan lagi setelah ini. 
Cerita tentang kesetiaanmu akan tertulis begitu panjang dalam buku diariku
Dan cerita cinta kita akan tertulis begitu panjang dalam catatan semesta. 

               Malang 7-2-2020

#pelukisjejak 
#puisiaksara 
#rumahpenatua

SYAIR UNTUK DIRI

.               Rangga Dewantara 

Segelas anggur tak mampu hilangkan dahaga
Air sekolam hilang tak tersisa
Bunga mekar dipinggir danau
Ikan di kolam melompat ke daratan 
Suara kidung hilang ditelan sepi
Api menyala meredam gelap 
Panas melelehkan segala raga
Bola mata menerawang diujung ufuk
Sehelai rambut menguak kebenaran 
Sejak kapan langit menjadi adil
Tanah tetaplah menjadi tanah
Secepat kilat semua menjadi hilang 
Fajar datang membangunkan mata
Senja pergi mengantar renungan
Empat rakaat delapan kali sejud
Sebelum gelap mengantar lelap
Di tepi lautan ombak merobek karang
Air di hilir belum sampai hulu
Sangat sulit mencapai puncak gunung 
Puncak gunung hanya sejengkal jika menuju langit
Ratusan kelok harus di lalui
Lembah-lembah tetap dilewati
Keringat jatuh membasahi bumi
Air mata jatuh dari mata hati. 

#rumahpenatua 
#pelukisjejak 
#puisiaksara

Al-FATIHA

Engkau mencari jalan yang mana dan hendak menuju kemana...?  Engkau membuka pintu yang mana dan membuka lembaran yang mana....? ...